Selamat Datang Sobat NKRI »
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan periksa banner dan link sobat...!!
Klik di sini untuk melihatnya

Jumat, 20 Februari 2009

TINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI PENINGKATAN KWALITAS PERSONAL


Ubah Cara Pandang Terhadap Budaya Kerja Saat Ini

Jika ingin hidup anda lebih baik, segera tinggalkan pekerjaan yang hanya mengikat dan membelenggu kebebasan manusiawi anda. Sebagai penerima upah, kita hanya mampu berharap dan berdoa sementara majikan hanya mencurahkan pikiran terhadap kelangsungan dan peningkatan usahanya saja. Upah dan fasilitas yang diberikannya tidak lebih hanya sebagai pemenuhan rasa lapar belaka dan penyanjung setia selama tenaga dan pikiran kita masih dibutuhkannya.

Dapat kita lihat mulai dari proses penerimaan pegawai hingga selama menjalani aktifitas kerja kita selalu berada pada urutan prioritas yang dinomor sekiankan. Baru mendapat perhatian apabila pada suatu waktu terdapat seseorang atau sekelompok pekerja yang membuat gagasan atau suatu rencana untuk mengadakan perbaikan sistim. Seperti perubahan pola kerja, sistim perhitungan upah, itupun langsung dipinggirkan dan diposisikan layaknya sebagai pemberontak pada jaman penjajahan.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan memperjelas kedudukan pekerja. Diantaranya melalui perangkat undang-undang yang isinya memuat tentang tanggung jawab majikan sampai pada sanksi atas pelanggaran yang terjadi. Namun semua itu tidaklah berarti apa-apa bila kita melihat langsung dilapangan sebagai dunia nyata. Berbagai alasan dikemukan untuk mengakali aturan tersebut. Disamping itu dibagian lain kehidupan pekerja telah dibentuk suatu perkumpulan pekerja atau biasa disebut serikat pakerja. Selain sebagai alat kontrol juga sebagai penghubung dan pembawa aspirasi bagi pekerja yang menjadi anggotanya. Namun kenyataan membuktikan bahwa itu tidaklah cukup bagi pekerja apalagi mencapai posisi yang diamanatkan oleh undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah sebagai mitra perusahaan dalam hubungan industrial pancasila. Itu bisa dilihat dari maraknya aksi demo memperjuangkan nasib guna memperoleh yang “lebih baik”. Itupun selalu berujung pahit dipihak pekerja sendiri. PHK sebagai alasan efisiensi tidaklah sulit untuk dilakukan oleh para pengusaha dengan berbagai macam alasan terhadap aksi pekerja tersebut. Perangkat aturan yang telah dibuat oleh pemerintah dengan mudahnya "diakalai" untuk memperlancar proses “keinginan” pengusaha tersebut.

Satu hal yang umum disebut sebagai perjanjian kerja bersama yang proses pembuatannya selalu melibatkan pekerja atau wakilnya secara langsung. Tapi kenyataannya sembilan puluh sembilan persen isinya lahir dari kehendak pengusaha itu sendiri. Tidak peduli dilapangan yang dirasakan dan disaksikan tidak lebih sebagai cambuk normatif untuk melakukan tindakan atau pemaksaan kehendak dari pengusaha itu sendiri melalui perpanjangan tangan para mandor dan kaki tangan lainnya (yang sebetulnya juga sebagai pekerja) untuk mencapai tujuan pengusaha. Sebagai pekerja seolah tidak ada jalan yang bisa dipilih untuk mencapai kesejahteraan hakiki. Hari-hari berlalu sampai tahun berganti tahun, nasib pekerja tidak banyak berubah apalagi “lebih baik” bila dibandingkan dari mulai jaman penjajahan sampai jaman kemerdekaan atau bila diukur mulai dari ere agraris, era industri, era global sampai pada era informasi pada saat ini. Pekerja dalam semua era itu tetaplah sebagai budak yang selalu dipermak dan dipoles dari masa kemasa yang ujung-ujungny tidak lebih dari mencari “makan” buat ganjal perut saja.

Hanya satu cara yang dapat ditempuh untuk mengubah kenyataan tersebut. Yaitu segera mengubah cara pandang kita terhadap budaya kerja saat ini. Karena ada tiga kelemahan besar yang terdapat pada diri pekerja. Diantaranya lemah dalam hal ekonomi, lemah terhadap status dan tidak punya nilai tawar. Hal ini dapat kita lihat dan rasakan sewaktu menjalani proses penerimaan pegawai. Apabila calon pegawai tidak memiliki pengalaman kerja maka alasan pengusaha ialah lowongan yang dimaksud dibutuhkan pengalaman. Tetapi apabila calon pekerja tersebut telah memiliki pengalaman maka alasan diatas serta merta berubah sebaliknya dan mengatakan kalau pengalaman yang dimiliki oleh calon pekerja sangat tinggi dan perusahaan tidak mampu membayarnya sesuai dengan yang semestinya. Dengan kedua motif alasan diatas sudah barang tentu bisa ditebak bahwa ujungnya akan jatuh pada harga yang sangat murah dan sudah pasti itu merupakan kehendak perungusaha.

Tidak banyak dari pekerja yang berani mengatakan “tidak” terhadap majikan yang dapat mengubah nasibnya dengan berbagai perjuangan yang oleh rata-rata pekerja lainnya mungkin disebut langka. Dan hal ini akan dibahas pada bagian lain tulisan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda disini!

   Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net   Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net  


     

     

  

CommunitY

  ©DESIGNED BY DALVINDO ORLANDO