Selamat Datang Sobat NKRI »
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan periksa banner dan link sobat...!!
Klik di sini untuk melihatnya

Rabu, 25 Maret 2009

Kampanye Damai SPSI KEP PUK PT. Newmont Nusa Tenggara 2009-2012

Bersama dalam misi mewujudkan segala perbedaan menjadi suatu kebersamaan dalam satu tujuan yang akan memberi nilai tambah secara optimal dan menjadikan SPSI sebagai alat kontrol dengan prinsip tak ada perubahan jika tidak diawali dengan tindakan nyata.
PETRUS MADI, NB 4611, Calon Ketua SPSI KEP PUK PT. Newmont Nusa Tenggara No. 6
Visi : Profesionalisme, Keahlian/Skill, Tingkat Resiko/Degrees of Risk.
Misi : Sistim Upah, Peninjauan PKB, Sistim Penerapan Bonus, PHK, Pesangon, Iuran SPSI, Penalti Boat (Jetty) Permasalahan lain berdasar skala prioritas.
Sudut Pandang : Pemerintah - Perusahaan - SPSI = Kesejahteraan Bersama Pekerja.

Itulah inti dari kampanye pemilihan calon ketua SPSI KEP PUK PT. Newmont Nusa Tenggara periode tahun 2009-2012. Dari enam kandidat calon ketua, Petrus Madi calon dengan nomor urut 6 ternyata mampu mendominasi debat kandidat yang diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 2008. Diam-diam Petrus Madi banyak merebut perhatian pekerja calon pemilih dari berbagai kalangan karena sikapnya yang tenang dan berwibawa. Selain itu acara yang diselenggarakan di Sport Hall Townsite, PT. NNT ini, mendominasi acara debat dengan sikapnya profesional menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh panelis ataupun dari penanya lainnya.

Dengan sikap tegas menanggapi setiap kritik dari kandidat lain, Petrus Madi memberikan signal baik bila ia akan menjadi kandidat terberat Muhamad Syahril yang sekarang masih menjabat sebagai ketua SPSI KEP PUK PT. Newmont Nusa Tenggara periode tahun 2007-2009. Dalam kontes memperebutkan minimal 50% plus 1 suara pekerja dari 3000 lebih pemilih. PT. NNT yang memiliki karyawan tetap (belum termasuk kontraktor) sekitar 4500 orang ini menjadi ajang demokrasi internal setiap akhir masa kepengurusan ketua SPSI. Suatu simbol positif yang bisa dicontoh oleh kita semua pekerja.

Walaupun pemilihan ketua SPSI telah menjadi icon demokrasi pada PT. NNT selama ini, namun hasil yang diperoleh pada setiap pengurus boleh dikatakan tidak ada yang menonjol atau memberikan hasil yang optimal. Selama 4 kali masa kepengurusan ketua SPSI, sekarang memasuki kepengurusan ke 5 kalinya, ternayata hasil yang ditunjukkan Melalui KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) atau PKB hanyalah hasil "copy paste" saja. Kenapa dikatakan hasil copy paste, karena secara kualitas dari isi KKB yang dihasilkan semakin menurun dari waktu kewaktu dan cenderung hanya menyalin isi peraturan pemerintah yang sudah mutlak adanya. Hal ini sangat ironi karena peraturan pemerintah sebagai ketentuan umum malah disalin menjadi ketentuan khusus yang dituangkan didalam perjanjian kerja bersama. Disinilah letak kelemahan kita sebagai pekerja, kita tidak mampu menggali hal-hal yang subtansial yang sekiranya berhubungan dan atau berdampak langsung ataupun tidah bagi pekerja. Baik selama bekerja maupun setelah ia tidak bekerja lagi.

Selayaknya kita berpikir bersama, bagaimana mengarahkan sistim pesangon yang sudah diatur oleh pemerintah agar menjadi lebih baik, sebagai contoh PHK terjadi karena sponsor perusahaan. Seharusnya yang menjadi pembicaraan adalah persetase pesangon dan uang jasa diformat dalam suatu "Formulasi Logis Rasional" yaitu :
1. Pesangon : {(masakerja+1) + sisa kontrak karya perusahaan} x 1 bulan upah (upah pokok+tunjangan tetap) bukan gaji pokok.
2. Uang Jasa : {(masa kerja x 2) + sisa kontrak karya} x  1 bulan upah (upah pokok+tunjangan tetap) bukan gaji pokok.
3. Kompensasi kesehatan : ekuivalen nilai kesehatan yang diasuransikan oleh perusahaan yaitu US$ 25.000 pertahun.
4. Hak-Hak normatif lain yang umum dan sebagainya.

Istilah formulasi logis rasional, kita ciptakan dengan mengukur tingkat keuntungan perusahaan. Seperti penetapan bonus 600% gaji pokok bila harga penjualan mencapai US$ 0,75/pon pada KKB 2004-2007 yang lalu. Ternyata harga yang ditetapkan pada masa itu, dibanding dengan harga pasar ril jauh melampaui, yaitu sampai dengan US$ 4/pon. Tetapi apa yang terjadi, ternyata hanya menciptakan diskriminasi model baru. Karena gaji karyawan tidak sama satu dengan yang lainnya. Ambil contoh karyawan rendahan mendapat gaji pokok Rp 1000,- yang menengah Rp 2000 dan yang atas Rp 3000,-. Tak perlu disebutkan berapa selisih angka bila masing-masing karyawan mendapatkan porsi 600% dari upah mereka. Filosofi bonus "Keuntungan Yang Harus Dinikmati Bersama" dalam penjelasan Kepmen 64/82 tentang upah pokok dan upah lembur sama sekali tidah tersentuh. Seharusnya keuntungan perusahaan berupa "pos bonus 600% gaji karyawan" dibagi rata kepada seluruh karyawan tanpa berpatokan pada skala upahnya. Atau sejumlah uang yang setara dengan nilai 6 x gaji karyawan dibagikan secara proporsional tetapi tidak jauh berbeda. Baru bonus bisa dikatakan keuntungan perusahaan yang harus dinikmati bersama.

Kita berharap agar ketua SPSI PT. NNT yang baru nanti mampu memikirkan hal-hal semacam ini atau mungkin bisa lebih baik lagi. Harapan pekerja hanyalah perbaikan tatanan tingkat kesejahteraan. Bukan janji, tetapi sebuah tindak lanjut yang mengarah pada perbaikan yang sistematis. Hal yang agak lucu walau trend yang selalu didengar pasca perundingan PKB yaitu telah terjadi perdebatan alot dimeja perundingan. Namun setelah melihat hasil seperti yang tertuang didalam PKB ternyata sebagian besar hanya berisi pasal-pasal tempelan ditambah satu pasal karet "bila ternyata dikemudian hari terdapat ketentuan yang nilainya merugikan pekerja..." dan sudah berulang kali terjadi. Suatu indikasi bahwa kita sebagai tenaga kerja masih sangat rendah secara kualitas karena ternyata belum mampu menggali sedalam mungkin berbagai potensi yang seharusnya kita miliki. Hendaknya kita banyak bercermin kepada pekerja didunia luar. Azas profesional benar-benar telah diterapkan dan berlaku sebagai pegangan dasar dalam kehidupan bekerja. Jangan sampai terjadi ada istilah parodi yang mengatakan Kerja Pakai Sistim Barat tetapi Pengupahan Menggunakan Cara UMR.
READ MORE - Kampanye Damai SPSI KEP PUK PT. Newmont Nusa Tenggara 2009-2012

Selasa, 24 Maret 2009

Titik Aman Dunia Kerja

Mungkin bagi sebagian orang, mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar serta fasilitas lengkap adalah suatu kebanggaan dan mempunyai nilai tersendiri. Apalagi bila sudah dapat membeli/membangun rumah besar lengkap dengan segala fasilitas dan isinya adalah impian bagi semua pekerja. Keadaan ini juga biasa diartikan sebagi titik aman. Tetapi apabila pekiran itu diarahkan selangkah lebih maju, yaitu bagaimana cara mempertahankan pola hidup dan prilaku sosial setelah pekerjaan tersebut berlalu, entah karena usia pensiun, dipecat atau perusahaan tempat bekerj harus tutup. Belum lagi bila hal tak diinginkan dan tak terduga harus dialami seperti musibah bencana alam, atau menderita sakit yang membutuhkan perawatan dalam waktu jangka panjang. Bersukur bila perusahaan masih berbaik untuk memberi tunjangan berobat sebesar yang diperlukan. Inilah titik balik yang harus dipkirkan sebelum masa itu tiba, walau sebenarnya kita tetap berdoa agar hal semacam itu tidak terjadi pada siapa pun.

Hidup terkadang dibuai, seolah apa yang dimiliki adalah sesuatu yang mutlak, Terkadang baru sadar setelah titik balik merubah segalanya dengan memaksa harus menerima kenyataan pahit apalagi bila sampai timbul penyesalan. Kita semua berharap dan berdoa agar tidak terjadi pada siapa saja. Namun tak salah berdoa, hendaknya dibarengi dengan upaya yang mengarah pada sistim preventif atau sikap jaga-jaga. Salah satunya adalah dengan mengenal yang namanya investasi, entah dengan menanam modal didalam perusahaan, atau menelusuri seluk beluk bursa saham. Atau yang lebih sederhana lagi adalah dengan membeli polis berbagai produk asuransi seperti asuransi perawatan kesehatan, asuransi perlindungan, dan asuransi jaminan hari tua. Selain itu ada juga pilihan lain dengan melibatkan diri dengan berbagai bisnis seperti membuka toko serba ada, menyediakan jasa layanan ke perusahaan bekas tempat kerja, membuka warung makan, bengkel otomotif, service electronik/komputer, bisnis oline dan lain-lain, yang penting sesuaikan bidang keahlian atau bakat yang dimiliki.

Selain hal diatas, ada juga hal yang tak kalah penting yang harus di pikirkan yaitu bagaimana cara menciptakan penghasilan walau sudah tidak bekerja lagi. Dalam istilah populer penghasilan tersebut biasa disebut sebagai penghasilan pasif/passif income. Karena model penghasilan penghasilan ini sudah terbukti membuat banyak orang yang merasakan manfaat yang luar biasa. Hanya saja tidak semua orang memahami tentang hal tersebut karena memang tidak diajarkan disekolah. Passif income tersebut dapat dicapai dengan bergabung pada perusahaan yang memiliki sistim seperti MLM (Multi Level Marketing), DM (Direct marketing) dan Viral Marketing. Ketiga sistim ini mempunyai metode yang berbeda namun yang paling bagus adalah sistim direct marketing. Karena sistim ini tidak hanya memberi keuntungan bagi anggota di atas saja, namun merata sampai garis paling bawah. Selengkapnya akan dibahas pada artikel lainnya.

Untuk mencapai suatu tujuan seperti yang katakan diatas, tentu tidak dapat diperolah dengan gampang. Karena sangat sulit untuk mengenal dan menangkap sebuah peluang, apalagi jika tidak dibarengi dengan keterampilan finansial yang memadai dan harus mengubur setiap kesempatan dengan menerima keraguan dan mengijinkan setiap kegagalan dengan mencari alasan untuk membenarkannya. Inilah faktor kunci yang dapat menjawab kenyataan kenapa pada setiap 100 orang hanya 1 orang yang benar-benar sukses dan mapan. Selebihnya yaitu 82 orang diantaranya gagal dan tidak pernah bangkit lagi, 8 orang meninggal dunia, dan 9 orang lainnya mengabdikan hidupnya dengan bekerja untuk menutupi kebutuhan hadupnya. Angka ini bukanlah hasil penelitian ilmiah, tetapi merupakan temuan dari pengamatan yang dilakukan oleh pemerhati dibidang motivasi. Persentasenya tidak sama persis namun pada umumnya berada pada tingkat jajaran yang setara. Selain keraguan, sifat waspada dan hati-hati tidak selamanya memberi dampak positif bagi kehidupan. terutama bila dilihat dari sudut pandang bisnis. Karena sikap tersebut hanya akan memakan waktu untuk berpikir sementara kesempatan terus berlalu tanpa mengenal waktu dan sudah pasti jarang datang untuk kedua kalinya.

Sementara waktu berlalu, pimikiran seperti diatas jarang atau bahkan tidak pernah diajarkan oleh dunia kerja. selain itu pekerja sendiri jarang atau malah tidak pernah memikirkan hal tersebut. Inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan kualitasnya. Sehingga setelah memasuki masa pensiun akan terpaksa kembali pada pola hidup minimal atau boleh dikatakan sangat memprihatinkan. Tanpa bermaksud untuk mengingkari bahwa dunia kerja telah banyak menyangga kehidupan sosial masyarakat indonesia saat ini.Tetapi barangkali itulah sebab yang melahirkan istilah "pahlawan devisa" bagi TKI dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyedia tenaga kerja kasar "kuli" terbesar didunia.Sebuah kenyataan yang sangat ironi, satu sisi kita dan orang luar mengakui bahwa indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam, namun disisi lain kita tidak pernah menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Cobalah buktikan pada setiap perusahaan besar, apalagi perusahaan PMA, saya tidak menyebut bahwa kita bodoh, tapi memang orang asing-lah yang tetap menjadi tuan rumahnya. Menajdi tuan rumah dinegeri sendiri adalah sebuah impian yang tidak akan pernah menjadi kenyataan, bila tidak dibarengi dengan sikap dan pola pikir yang cerdas oleh kita sendiri. Fakta membuktikan bahwa kemajuan yang dicapai tidak seberapa bila dibandingkan dengan kemajuan yang raih oleh tenaga kerja dari negara lain.Selain kalah dari segi kualitas ekonomis juga tertinggal dari segi ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Untuk itu melalui tulisan ini saya mengajak anda semua, mari berpikir dan bila perlu lupakan titik aman dunia kerja. Tak ada istilah terlambat bila perubahan menjadi sebuah tujuan. Bangkitkan semangat jangan pernah berhenti berusaha walau harus melakukan kesalahan berulang kali. karena dari setiap kesalahan akan lahir sebuah kebenaran sesuai dengan yang sudah direncanakan. Ambil contoh sebuah tendangan cantik yang memasukkan sebuah gol dalam satu pertandingan sepak bola. Itu adalah titik akhir sebuah kesalahan yang berulang kali terjadi pada setiap sesi latihan. Sukese Tenaga Kerja Indonesia, Jaya Bangsa Kita.

READ MORE - Titik Aman Dunia Kerja

Selasa, 17 Maret 2009

Kualitas Tenaga Kerja4


Tenaga kerja dari kalangan menengah kebawah yang notabene sebagai pihak paling lemah dan tidak berdaya apa-apa. Sudah barang tentu lemah dari segi pendidikan, lemah status sosial juga sangat lemah dibidang ekonomi. Sehingga mau tidak mau selalu terpaksa untuk tiga kali lebih lemah dibawa tingkatan pengusaha yang memang sudah memiliki ketiganya. Jadi bagaimanapun aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyetarakan pekerja dengan pengusaha, baik sebagai mitra pengusaha maupun sebagai aset perusahaan tetap tidak akan berarti apa-apa bila pekerja itu sendiri tidak mengetahui apa yang dibutuhkan sebenarnya. Kita banyak menyaksikan seseorang yang diterima bekerja disuatu perusahaan, hal yang pertama dipikirkannya adalah bagaimana memiliki kebutuhan sekunder berupa koleksi barang-barang yang merupakan kegemaran umum setiap manusia. Belum lagi dengan desakan emosional untuk melengkapi kebutuhan lainnya dengan kwalitas terbaik. Demi gengsi untuk memiliki berbagai kemewahan lainnya dan segala sesuatu yang sebenarnya akan menambah beban hidup yang pada akhirnya akan senantiasa memperkecil volume pendapatan mereka karena harus menanggung biaya operasi dan biaya perbaikan serta biaya pemeliharaan dari barang-barang yang telah dimilikinya. Sadar atau tidak, bahwa hal demikian adalah merupakan beban yang dapat dihindari dengan mengerti apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan pokok kita sebagai penerima upah. Bukannya menambah beban, tapi potensi yang kita miliki hendaknya menjadi prioritas utama untuk diasah dan dikembangkan sehingga apa yang diperoleh dari pekerjan itu akan dapat menjadi sumber penghasilan baru. Sebagai contoh bilamana kita sadari bagaimana memproyeksikan upah yang kita terima dengan persentasi tertentu, antara lain tunjangan hidup, rencana jangka menengah dan jangka panjang.

Dengan demikian keterampilan yang kita dapatkan dari pekerjaan sekarang ini dapat dikembangkan untuk menjdi sumber penghasilan baru diluar penghasilan kita sebagai pekerja. Dengan sendirinya apabila kita dapat memiliki sumber penghasilan lebih dari satu, maka secara mutlak beban kita akan berkurang. Bukannya meningkat, tidak jadi soal berapa upah yang kita peroleh tapi berapa berapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari upah atas pekerjaan telah kita lakukan.

Bilamana pekerja tidak mengerti akan kebutuhan pokoknya, dapat dipastikan bahwa ia akan menghabiskan usia mereka dengan bekerja keras menghasilkan lebih banyak buat majikan dan mendapatkan hanya sedikit sebagai imbalannya. Dan yang paling pahit adalah bukan tidak mungkin hal tersebut akan berlangsung selamanya dan menurun kepada anak keturunan sehingga tidak akan pernah mengalami perubahan apapun dari waktu kewaktu. Hal ini juga akan mempersulit pencapaian predikat pekerja sebagai mitra perusahaan maupun sebagai aset dari perusahaan karena ketidak mampuan menciptakan nilai tambah sebagai tolak ukur.

Kita dapat melihat betapa kepentingan pengusaha sangat jauh berbeda dengan kepentingan pekerja. Pengusaha menghendaki begaimana supaya dapat bekerja dengan sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Sementara pekerja menginginkan agar dapat bekerja dengan lebih sedikit untuk mendapatkan imbalan sebesar mungkin. Namun bila hal tersebut bisa didapatkan suatu titik temu sehingga kedua prinsip dasar yang berbeda dapat berjalan selaras maka hambatan semacam apapun dapat diatasi dengan mudah. Selama tidak ada unsur mementingkan pihak sendiri tanpa peduli dengan pihak lainnya pasti akan dicapai apa yang menjadi tujuan bersama.

Untuk itu hanya satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengatasi perbedaan tersebut, yaitu pekerja hendaknya selalu berusaha meningkatkan kemampuan personalnya, juga keterampilan finansial tentunya sehingga dapat memiliki nilai tawar. Tidak seharusnya kita berada tiga lapis lebih lemah dibawa pengusaha. Kita ambil contoh tenaga kerja dinegara berkembang di Asia Tenggara seperti Hongkong, Jepang dan Korea Selatan dan tetangga dekat kita Singapura. Dinegara tersebut kehidupan pekerja benar-benar terjamin sebagaimana layaknya.


READ MORE - Kualitas Tenaga Kerja

Senin, 16 Maret 2009

Cita-Cita Buat Pekerja0


Sebagai hambah "Sang Maha Pencipta", turut andil dalam kehidupan ini dan selaku pekerja sudah selayaknya kita turut mengisi hidup yang istimewa ini. Karena hanya waktu dan tempat saja yang membedakan antara kaya dan miskin. Salah satu karunia besar yang diberikan oleh Sang Pencipta diantara ciptaan lainnya adalah akal. Maka pergunakanlah akal tersebut pada hal-hal yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup kita dimasa datang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain maupun keturunan kita berikutnya.

Salah satu bagian dari akal tersebut adalah cita-cita. Inilah bentuk bangunan tersamar yang pantas kita wujudkan menjadi kenyataan.Tidak salah kalau kita punya cita-cita sebesar apapun sesuai kehendak kita. Toh tak ada aturan yang membatasinya. Dan upayakan sebisa mungkin untuk dapat mewujudkannya. Ada banyak cara untuk hal ini, mulai belajar dengan bertanya sampai pada usaha melakukan dengan memulai dari awal. Tak peduli bagaimanapun bentuknya yang penting tidak melanggar norma agama dan tidak bertentangan dengan aturan yang ada. Apapun caranya cobalah dan tetap melakukan walau selalu gagal. Tak peduli apapun hambatannya jangan pernah menghitung berapa kerugian yang harus dibayar atasnya. Maka pasti akan menemui hasilnya. Tidak salah kalau kita menengok perjalanan hidup Thoms Alfa Edison. Hidup dimulai dari ia dikeluarkan dari sekolah dasar kelas tiga. Sehingga ia harus berjualan asongan disekitar stasiun kereta api, jadi tukang semir sepatu untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Namun yang tak pernah lepas darinya adalah cita-cita. Sampai ia akhirnya dapat meninggalka karya abadinya yamg tersohor. Dimana ia menemukan lampu lisrtik dan mengantarnya sebagai salah satu penemu terbesar dimuka bumi ini. Walaupun sebenanrya cita-cita tersebut harus ia lalui dengan lebih dari seribu kali kegagalan toh akhirnya terwujud juga sampai pada hasil yang diinginkan.

Memang tidak mudah untuk mewujudkan cita-cita seperti membalik telapak tangan. Tantangan dan hambatan sudah pasti menghadang didepan mata. Tak peduli apa kata orang yang, kalimat “hanya sedikit orang yang bia seperti dia”, atau “ buat apa susah-susah, yang penting sudah cukup buat makan” dan sebagainya. Belum hambatan nyata yang datang dari orang dekat yang kita cintai, misalnya tidak mendapat dukungan dari keluarga, jelas itu suatu hal yang harus dihadapi pertama kali. Sebab tidak jarang sebuah ide untuk mewujudkan cita-cita mendapat tantangan pertama dan tidak adanya dana atau tidak mendapat dukungan moral karena ketidakfahaman mereka tentang apa yang dicita-citakan.


READ MORE - Cita-Cita Buat Pekerja

   Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net   Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net  


     

     

  

CommunitY

  ©DESIGNED BY DALVINDO ORLANDO